SORAKLINTERA, FILOSOFI - Suara Kolektif sebagai Lentera Peradaban, Dalam perjalanan sejarah umat manusia, perubahan besar tidak pernah lahir dari kesunyian semata. Ia muncul dari suara-suara yang menggema—teriakan, seruan, dan kadang keluhan—yang keluar dari dada manusia yang sadar akan derita dan harapan. Dalam kerangka itulah, istilah “sorak lintera” dapat dipahami sebagai simbol dari suara kolektif yang tidak hanya menyuarakan keberanian, tetapi juga menjadi cahaya bagi perubahan.
Sorak sebagai Manifestasi Kesadaran Kolektif
Secara etimologis dan simbolis, "sorak" mewakili ekspresi bersama—suatu ledakan emosi dari kerumunan yang memiliki satu semangat. Dalam pandangan filsafat eksistensial, seperti yang dijelaskan oleh Jean-Paul Sartre, manusia adalah makhluk yang sadar dan bebas, dan kebebasannya mengandung tanggung jawab. Ketika banyak individu menyadari penderitaan yang sama, dan kemudian bersorak bersama, maka itu bukan sekadar emosi liar—melainkan kesadaran kolektif yang telah bangkit.
Sorak, dalam konteks ini, adalah bentuk awal dari resistensi. Ia adalah penolakan terhadap stagnasi dan ketidakadilan. Ia menunjukkan bahwa manusia bukan hanya makhluk rasional, tetapi juga makhluk perjuangan, yang mengungkapkan eksistensinya melalui tindakan dan suara.
Lintera sebagai Simbol Pencerahan dan Arah
Kata "lintera", yang diambil dari bentuk serapan "lentera", secara universal dipahami sebagai simbol penerangan dalam kegelapan. Dalam banyak budaya dan ajaran filsafat Timur maupun Barat, cahaya melambangkan pengetahuan, kesadaran, dan pencerahan moral.
Immanuel Kant, dalam esainya "Was ist Aufklärung?" (Apa itu Pencerahan?), menyebut bahwa pencerahan adalah keluarnya manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri. Lentera, atau "lintera", adalah metafora dari rasio dan keberanian untuk berpikir. Dalam konteks ini, “lintera” melambangkan panduan moral dan intelektual yang muncul dari keberanian bersuara.
Sorak Lintera sebagai Gerak Peradaban
Ketika “sorak” dan “lintera” digabungkan, lahirlah satu konsep puitis-filosofis: sorak lintera—suara-suara yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga menerangi jalan peradaban. Ini adalah bentuk ideal dari gerakan sosial: bukan hanya pemberontakan emosional, tetapi gerakan yang dipandu oleh harapan, akal, dan cita-cita moral.
Dalam masyarakat modern yang kerap dilanda kebisingan tanpa makna—noise yang tidak melahirkan terang—sorak lintera menjadi kritik. Ia mengajarkan bahwa suara baru menjadi bermakna ketika ia membawa arah. Teriakan hanya menjadi gema kosong jika tak disertai nilai. Maka sorak lintera adalah teriakan yang memiliki cahaya: suara yang membimbing, bukan menyesatkan.
Kita hidup di zaman informasi yang cepat, tetapi sering kali kehilangan makna. Sorak lintera mengingatkan bahwa suara rakyat, seruan kebenaran, atau kritik sosial—hanya akan berguna bila disinari oleh nurani dan akal sehat.
Media sosial telah menjadikan semua orang mampu bersuara, tetapi apakah semua suara itu adalah lentera? Tidak. Sebab lentera menuntut tanggung jawab moral, bukan sekadar emosi spontan. Maka, sorak lintera mengajarkan kita: bersuaralah, tetapi bawa cahaya. Jangan hanya bersorak untuk membakar; bersoraklah untuk menerangi.
Sorak lintera bukan sekadar istilah puitis, tetapi sebuah filosofi hidup. Ia adalah ajakan untuk bersuara dengan nilai, untuk menyalakan lentera di tengah kegelapan sosial, dan untuk menjadi bagian dari arus sejarah yang tidak hanya menggelegar, tetapi juga mencerdaskan dan mencerahkan.
" Karena suara tanpa arah hanya riuh, dan cahaya tanpa suara hanya diam. Tapi bersama, sorak lintera adalah denyut nadi peradaban ". (*)
Refleksi dan Nilai Filosofi Perjuangan Pergerakan Mengawal Sejarah Peradaban
Oleh : Redaksi Soraklintera.
0 Komentar